Menjadi programmer itu seru, tetapi penuh tantangan. Terlebih, dunia teknologi terus bergerak cepat. Akibatnya, pressure untuk tetap produktif bisa membuat kita lupa hal terpenting, yaitu menjaga kesehatan diri sendiri dan akhirnya burnout.
Tanpa sadar, banyak programmer terjebak dalam siklus kerja tanpa henti. Tidur larut, sibuk ngoding terus, dan sering merasa gagal saat belum menyelesaikan rentetan task. Padahal, burnout bukan sebatas kelelahan fisik, melainkan kecapekan pada mental. Untungnya, ada solusi yang sering diremehkan orang, yaitu mengelola atau manajemen waktu.
Solusi ini juga terkadang dicibir orang karena “mudah bilangnya tapi susah ngelakuinnya.” Memang ungkapan ini ada benarnya. Namun, tidak ada hal yang sulit asal tahu caranya dan konsisten. Bagaimana programmer bisa mengatur waktu mereka agar tetap produktif tanpa merasa terbebani?
1. Pahami prioritas
Cobalah mulai menyusun tugas berdasarkan urgensi dan kepentingan. Teknik Eisenhower Matrix bisa jadi sahabatmu, memandu memetakan mana yang perlu dikerjakan segera, mana yang bisa ditunda atau didelegasikan. Dengan mapping ini, kamu bisa fokus dan tidak kehabisan tenaga di hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting.
2. Susun jadwal yang realistis alias masuk akal
Estimasi waktu pengerjaan sering menyebabkan munculnya rasa frustasi karena realitanya yang ternyata jauh dari ekspektasi. Memperkirakan waktu pengerjaan sendiri ini sudah sulit. Lalu bagaimana jalan keluarnya? Teknik Pomodoro bisa jadi solusi. Teknik ini simple, yakni kerja sepanjang 25 menit lalu istirahat 5 menit, dan kemudian ulangi ritmenya. Sederhana, bukan? Meski simple, cara ini bisa membantu otakmu tetap segar dan menghindari overwork.
3. Manfaatkan Tools Digital
Di zaman canggih sekarang ini, teknologi ternyata bisa menjadi teman terbaik mengatur waktu. Alat bantu seperti Trello, Asana, Jira, dan sejenisnya bisa membantu membagi tugas besar jadi bagian kecil. Alat-alat ini sudah terbukti membuat workflow lebih rapi dan memudahkanmu tracking progres tanpa merasa overwhelmed. Tugas yang sudah dilakukan atau yang masih menunggu untuk dikerjakan bisa termonitor jelas.
4. Jangan lupa istirahat
Kerja terus-menerus itu bukan tanda produktif, justru menjadi tiket cepat menuju burnout. Luangkan waktu buat jalan kaki sebentar, minum santai, dan terpenting tidur dengan cukup. Jika fisikmu terjaga, mentalmu juga akan tetap bagus, Menjaga keseimbangan antara kerja dan istirahat adalah kunci produktivitas programmer.
5. Berani mengatakan tidak
Seorang programmer harus belajar mengatakan “tidak” saat proyek atau tugas yang terlalu banyak. Untuk menjaga kualitas pekerjaan dan keseimbangan hidup, kita harus berani menetapkan batasan. Namun, jangan lupa untuk menjelaskan pada atasan atau klien mengapa kamu menolak tambahan pekerjaan supaya mereka paham dan tidak menurunkan kredibilitasmu. Dengan ketrampilan mengelola waktu, programmer bisa terus produktif dan berkembang tanpa burnout. Bagi kamu yang ingin upgrade skill tanpa harus tumbang karena tekanan, platform belajar yang fleksibel seperti DigiSkill Hub bisa dipilih. Berbagai kursus dan bootcamp yang akan menambah pengetahuan teknis plus bekal soft skill penting buat survive di dunia kerja tersedia lengkap.