Pernahkah kamu buka aplikasi, lalu tanpa sadar langsung tahu harus klik ke mana? Rasanya mulus, intuitif, enak dilihat. Tidak membuat bingung, apalagi frustrasi.
Sementara itu, ada aplikasi lain yang baru dibuka aja rasanya pengen langsung di-uninstall. Navigasinya ribet, tampilannya berantakan, dan kamu bingung harus mulai dari mana.
Apa bedanya? Jawabannya satu: desain antarmuka pengguna (UI) yang dirancang dengan prinsip yang tepat.
Desain UI bukan soal estetika semata. Ia adalah jembatan antara manusia dan teknologi. Dan seperti halnya jembatan, UI yang baik harus kokoh, mudah dilalui, dan bikin orang merasa aman serta nyaman.
Kalau kamu ingin serius terjun ke dunia UI/UX design, ini adalah 7 prinsip emas yang harus kamu kuasai sejak awal, prinsip yang juga jadi pegangan desainer profesional di Google, Apple, dan startup unicorn lainnya.
- Konsisten, jangan buat pengguna menebak-nebak
Bayangkan kamu masuk ke rumah yang tiap kamarnya punya letak saklar lampu berbeda-beda. Nyebelin, kan?
Itulah pentingnya konsistensi. Gunakan warna, ikon, font, dan gaya visual yang sama di seluruh aplikasi. Ini membantu pengguna merasa familiar dan cepat beradaptasi.
2. Tunjukkan apa yang paling penting lewat hierarki visual
Dalam UI, semua elemen berbicara. Tapi tak semua harus teriak.
Gunakan ukuran, warna, dan posisi untuk mengarahkan perhatian pengguna. Informasi utama harus tampil lebih mencolok daripada yang sekadar pelengkap. Bantu mata pengguna menemukan fokus.
3. Feedback yang jelas yang menandakan klik pengguna sudah terekam
Saat kita klik tombol tapi gak terjadi apa-apa, yang muncul adalah kebingungan atau bahkan frustrasi.
Setiap aksi pengguna perlu respon yang jelas: perubahan warna, animasi loading, atau pesan singkat. Feedback ini bikin pengguna merasa dihargai dan tahu sistem sedang bekerja.
4. Sederhana, jangan buat pengguna berpikir keras
Desain yang ruwet bikin orang pergi.
UI yang baik itu seperti kopi pagi, sederhana, jelas, dan menyegarkan. Hindari elemen berlebihan. Fokus pada fungsi utama. Semakin sedikit gangguan, semakin besar peluang pengguna menyelesaikan tugasnya.
5. Aksesibilitas karena desain yang inklusif itu keren
Teknologi seharusnya untuk semua orang. Termasuk mereka yang buta warna, memiliki gangguan penglihatan, atau kesulitan motorik.
Pastikan desainmu punya kontras warna yang baik, teks bisa dibaca dengan mudah, dan navigasi bisa dilakukan tanpa mouse. Desain yang ramah disabilitas adalah desain yang manusiawi.
6. Affordance, biarkan desain yang berbicara tanpa kata
Tombol harus terlihat seperti tombol. Formulir harus jelas tempat mengisinya.
Setiap elemen harus “berbicara” soal apa yang bisa dilakukan dengannya. Kalau pengguna harus menebak, berarti desainmu masih butuh diperbaiki.
7. Error prevention dan recovery, bantu pengguna
Kesalahan itu manusiawi. Tugas UI adalah mencegah kesalahan terjadi, dan kalau pun terjadi, bantu pengguna bangkit kembali.
Misalnya, berikan peringatan sebelum data dihapus. Dan kalau terjadi error, tampilkan petunjuk yang jelas dan manusiawi, bukan kode misterius.
Desain yang mengubah pengalaman
Menguasai prinsip-prinsip ini bukan sekadar membuat UI yang indah. Tapi membuat produk yang dipakai, disukai, dan diingat.
Desain UI yang baik adalah yang tak terasa “mengganggu”. Ia diam-diam mempermudah hidup, mempercepat pekerjaan, dan bahkan bisa membentuk kebiasaan baik.
Kalau kamu serius ingin membangun karier sebagai desainer UI/UX, DigiSkill Hub punya pelatihan berbasis proyek nyata dan bimbingan dari praktisi industri. Di sini, kamu gak cuma belajar teori, tapi langsung praktik dan siap kerja.
Yuk, mulai langkah pertamamu jadi desainer yang bikin teknologi lebih manusiawi.